KAMPUNG MATEMATIKA: BOGOR vs TURKEY
Dila Aulia Mulyani
P
|
elajaran
matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak disukai banyak orang,
selama ini matematika sering dinilai sebagai pelajaran yang sulit oleh sebagian
orang. Bahkan matematika dianggap menjadi mata pelajaran yang menakutkan bagi
pelajar, sehingga tidak jarang pelajar tidak menyukai pelajaran berhitung ini.
Hal ini menyebabkan orang yang menyukai matematika jadi dianggap aneh oleh
teman-teman sekitarnya. Namun jangan khawatir, ternyata di Indonesia dan juga
di luar negeri ada sebuah tempat yang cocok bagi kalian khususnya yang menyukai
matematika dan yang ingin memperdalam ilmu matematikanya. Untuk di Indonesia,
tepatnya di Bogor ada sebuah kampung yang dinamai “Kampung Wisata Matematika”.
Sedangkan di Turkey terdapat sebuah desa yang dinamai dengan “Nesin Matemati
Koyu” atau “Desa Matematika Nesin”. Untuk perbedaanya dapat dilihat dalam
penjelasan di bawah ini:
Kampung Wisata Matematika yang terletak di Desa Laladon,
Kecamatan Ciomas, Kota Bogor ini diresmikan oleh Mendikbud Anies Baswedan pada hari Sabtu tanggal 11
April 2015. Cikal bakal dari pendirian Kampung Wisata Matematika berasal
dari pendirian Klinik Pendidikan MIPA (KPM) yang digagas oleh Raden Ridwan
Hasan Saputra dan sudah berlangsung sejak tahun 2001 dan sudah lebih dari 1000
alumni ikut dalam olimpiade matematika tingkat Internasional. Ridwan, menyebutkan
ide pendirian kampung matematika ini berawal dari keprihatinannya terhadap
kualitas matematika di Indonesia. Ia bercerita, berdasarkan survey pada tahun
2012, peringkat matematika Indonesia ada di urutan 64 dari 65 negara. Karenanya
pada 2005, pria yang dulunya guru honorer ini membuat komunitas KPM yang
akhirnya masuk ke kampung-kampung untuk memberikan pelajaran matematika dengan
bayaran seikhlasnya. Mengapa seikhlasnya? Karena ia melakukannya semata untuk
menolong sesama, apalagi, penduduk kampung sebagian besar memang berasal dari
keluarga dengan keadaan ekonomi menengah bawah. Uang dimasukkan ke kotak yang
bernama keropak. Di dalamnya, warga bisa memberikan Rp 500, 1000, 2000, 5000,
dan lain-lain.
Ridwan
mengaku bukan hal mudah membuat kampung matematika. Pasalnya, ia memilih desa
yang masih memiliki karakter bangsa dalam menerapkan kampung matematika ini.
"Kita pilih Desa Laladon karena masyarakatnya masih memiliki karakter
bangsa, masih guyub, masih ada rasa kepedulian terhadap sesama, mau membantu
orang lain," katanya.
Berbekal
kepedulian terhadap masyarakat, Ridwan terus menjalankan ini hingga sekarang
terbentuklah KPM di sepuluh kota di Indonesia seperti Surabaya, Solo, Semarang,
Serang, Sidoarjo, Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang, dan Makassar. Muridnya pun
sudah mencapai lebih dari 5000 siswa dari jenjang SD kelas 1 hingga SMA kelas
XI.
Di kampung ini, tertempel poster berbagai rumus matematika di
sekitar 200 rumah warga. Tidak hanya itu, warga setempat pun memiliki cara tersendiri
agar anak-anak mereka menggemari pelajaran matematika. Proses belajar dilakukan di rumah warga. Ada sedikitnya 15 rumah
yang digunakan untuk belajar matematika anak-anak usia sekolah. Pengajarnya
adalah sarjana matematika dari berbagai universitas ternama di Tanah Air. "Saya sengaja mendatangkan para guru agar
warga sekitar tidak buta akan pelajaran matematika," kata Ridwan.
Selayaknya
sekolah, ada sebuah papan tulis yang ditaruh di atas kursi, guru yang
menerangkan pelajaran, dan juga siswa yang belajar. Sederhana, siswa duduk di
atas tikar di teras-teras rumah warga. Satu kelas bisa diisi oleh sekurangnya
delapan siswa dengan tingkatan kelas sama. Siswa ini selain diajarkan mata
pelajaran, juga dibekali dengan pendidikan karakter yang diyakini bisa
memperbaiki akhlak siswa seperti sopan santun, mengucap salam, dan lain-lain.
Tiap
hari Kamis dan Sabtu ratusan anak dari Bogor dan sejumlah daerah sekitar
termasuk Jakarta, datang untuk belajar Matematika. Kampung Matematika ini bukan
nama kosong. Sistem belajar matematika kampung ini telah menghasilkan sejumlah
juara olimpiade matematika, Nasional maupun Internasional.
Ratnasih, warga yang rumahnya dipakai
untuk belajar matematika, mengaku senang bisa meminjamkan rumahnya untuk
kegiatan belajar KPM. "Senang saja karena rumah jadi ramai, tapi ya maklum
namanya orang kampung rumahnya seadanya," ujarnya. Ia tidak keberatan
tembok depan rumahnya dipasangi berbagai poster mata pelajaran matematika.
Menurutnya, hal tersebut sama sekali tidak mengganggu sehingga ia pun
mengizinkannya. "Yang penting anak-anak bisa belajar," katanya. Perempuan
berkerudung itu juga menawari minum pada anak-anak yang belajar di rumahnya.
Semua dilakukan karena kepeduliannya pada lingkungan.
B. DESA MATEMATIKA
Desa yang bernama Nesin Matematik Koyu atau Desa Matematika
Nesin ini berada di Negara Turki dan berada di Provinsi Izmir, Turki bagian
barat. Dilansir dari Vice, desa ini didirikan oleh seorang ahli matematika
veteran bernama Ali Nesin pada tahun 2007. Nesin berkata bahwa pada awalnya
ia memiliki
mimpi untuk membangun departemen pendidikan yang luar biasa dan setara dengan Oxford
Combridge, karena ia ingin membuat sesuatu yang tidak biasa.
Desa
ini dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan apresiasi dan kecintaan
pengunjungnya terhadap matematika. Niat awal dari pendirian Desa Matematika ini
adalah untuk mencari pakar-pakar baru dibidang matematika dari seluruh Turki yang
dikumpulkan di desa tersebut karena dia melihat hal yang cukup unik yang
berhubungan dengan matematika yaitu kesulitan bagi banyak orang terhadap ilmu
tersebut. Hal itu rupanya tak mudah dilakukan.
Pada awalnya Ali Nesin membuka kelas di rumahnya pada malam hari, namun hal itu gagal, tidak berjalan sesuai rencana. Selanjutnya, ia mencari cara lain namun gagal lagi. Pada akhirnya ia pergi ke sekolah di Antalya dimana sekolah ini merupakan sekolah yang dibuka setiap musim panas, ternyata disini ia berhasil, ia mendapatkan respon yang bagus. Atas keberhasilanya Nesin mendatangi sekolah-sekolah lain yang berbeda.
Pada awalnya Ali Nesin membuka kelas di rumahnya pada malam hari, namun hal itu gagal, tidak berjalan sesuai rencana. Selanjutnya, ia mencari cara lain namun gagal lagi. Pada akhirnya ia pergi ke sekolah di Antalya dimana sekolah ini merupakan sekolah yang dibuka setiap musim panas, ternyata disini ia berhasil, ia mendapatkan respon yang bagus. Atas keberhasilanya Nesin mendatangi sekolah-sekolah lain yang berbeda.
Awalnya
Nesin hanya membuat sebuah kelas tambahan bagi beberapa anak yang kesulitan
dengan matematika. Namun, seiring berjalannya waktu dia mulai mencari cara lain
yang lebih menyengkan bagi banyak orang untuk mempelajari matematika hingga
akhirnya dibuatlah sebuah kegiatan terpadu tentang matematika di desa tersebut.
Nesin menginginkan proses belajar di desa ini berjalan dengan baik, oleh sebab itu ia merancang tempat yang nyaman untuk digunakan belajar seperti contohnya ia menginkan adanya kelas dan tempat untuk berdiskusi, lalu tempat bermain disekelilingnya agar siswa tidak jenuh. Ia ingin menjadikan tempat ini sebagai “Sleeping Area”. Proses belajarnya pun terlihat sangat menyenangkan, Nesin mengajarkan dengan metode-metode unik, sehingga terciptalah suasana belajar yang tidak membosankan.
Program-program
di Desa Matematika ini pada awalnya ditunjukan bagi mahasiswa saja, namun pada
akhirnya program ini juga mencakup materi anak SMA juga dan akhirnya pada jenjang
sekolah. Program yang dibuat Nesin ini
memiliki waktu selama enam minggu selama musim panas. Walau begitu, desa
matematika ini sebenarnya tetap dibuka setiap hari sepanjang tahun. Sejak
pertama kali dibuka desa ini telah kedatangan ribuan siswa dari segala usia.
Terdapat konferensi dan juga berbagai aktivitas lain seperti pernikahan yang
biasa diadakan di desa ini. Waktu paling sibuk adalah pada program musim panas
yang biasa diikuti 400 hingga 500 siswa. Selain Desa Matematika ini, Nesin juga
memiliki dua desa lain yang mempelajari filosofi dan seni. Saat ini dia tengah
mengembangkan desa tersebut agar menarik perhatian lebih banyak orang yang
meningkatkan dalam kecintaan ilmu tersebut.
KESIMPULAN
Di
Indonesia tepatnya di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas,
RT 02/04 terdapat Kampung Wisata Matematika yang proses belajarnya dilakukan di
rumah warga. Di Disini siswa selain diajarkan matematika juga dibekali dengan
pendidikan karakter yang diyakini bisa memperbaiki akhlak siswa seperti sopan
santun, mengucap salam, dan lain-lain. Ada sekitar 200 poster rumus matematika
ditempel di rumah warga. Selain di Indonesia di Turki pun terdapat Desa
Matematika yang didirikan oleh Ali Nesin, proses belajarnya dilakukan ditempat
yang bermacam-macam seperti di ruang kelas ataupun di luar kelas seperti
bermain bersama alam. Metode yang disampaikan oleh Nesin sangat menyenangkan
sehingga siswa tidak bosan.
Perbedaan
dari Desa Matematika di Indonesia dan di Turki yaitu dari segi fasilitas
(sarana juga prasarananya) Di Turki fasilitasnya sudah bagus sehingga
pesertanya pun tidak hanya berasal dari Turki saja, banyak peserta yang berasal
dari luar negeri yang ingin belajar matematika di Desa Matetika Nesin.
Sedangkan di Indonesia dikarenakan masih terbilang cukup baru jadi masyarakat
pun belum banyak yang mengetahui mengenai kampung matematika ini. Oleh sebab
itu, kita harus dapat menjadikan kampung matematika di indonesia ini terkenal
tidak hanya di Indonesia melainkan masyarakat luar negeripun mengetahui
mengenai Kampung Wisata Matematika ini. Namun Kampung Matematika di Bogor ini
tidak kalah dengan Desa Matematika di Turki karena sistem belajar matematika
kampung ini telah menghasilkan sejumlah juara olimpiade matematika, baik
tingkat Nasional maupun Internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anita K Wardani, (2015) Menengok Kampung Matematika di Bogor, Guru Dibayar Seikhlasnya. (Online). Tersedia; http://www.tribunnews.com/nasional/2015/04/12/menengok-kampung-matematika-di-bogor-guru-dibayar-seikhlasnya. [Diakses Pada: 18 Mei 2016]
http://desamerdeka.id/desa-ini-dibuat-khusus-untuk-pecinta-matematika/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar